Thursday, August 29, 2013

Resensi Film : The Mortal Instruments (City of Bones)


Judul          : The Mortal Instruments (City of Bones)
Sutradara   : Harald Zwart
Genre         : Fantasy, Drama
Rilis            : 2013
Pemeran    : Lily Collins, Jamie Campbell Bower, Jonathan Rhys Myers









          Hidup Clary (Lily Collins) berubah ketika dia merasakan hal-hal aneh terjadi di sekitarnya. Ada sebuah rahasia yang membuat dirinya mengalami hal aneh tersebut. Namun saat dia berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada dirinya, rumahnya diserang oleh sekelompok orang. Ibunya menghilang setelah penyerangan tersebut. Lalu dia bertemu dengan Jace Weylands (Jamie Campbell Bower) seorang Shadow Hunters yang hanya bisa dilihat oleh Clary saja (ini juga salah satu keanehan yang dialami Clary). Jace pun paham dengan kesulitan Clary dan membantunya menemukan ibunya.


          Setelah berkelana ke sana ke mari, Clary menemukan jati dirinya. Ternyata dia adalah keturunan Shadow Hunters dari ibunya yang disembunyikan selama ini, dan kota New York pun dipecah dalam dua dunia yaitu manusia dan Downworld. Dimana iblis, warlocks, vampire, dan werewolves pun hidup sebagai manusia di dunia manusia. Clary menemukan takdirnya sebagai Shadow Hunters dan berperang melawan iblis bersama Jace beserta Shadow Hunters yang lain. Misi Clary menemukan Mortal Cup yang akan membawanya ke tempat ibunya berada sekaligus berhadapan dengan Valentine Morgenstern (Jonathan Rhys Myers), seorang Shadow Hunters yang berubah menjadi jahat dan bersekutu dengan iblis. Bagaimana Clary bisa mendapatkan Mortal Cup tersebut? Apakah dia berhasil bertemu dengan ibunya?


          Pada awal saya pergi ke bioskop, saya memang tidak terlalu berharap lebih akan film ini. Ya, mengusung tema “Twilight wannabe” dengan cerita yang seharusnya dark, saya hanya berharap film ini dapat mengisi waktu kosong di masa-masa “miskin film bagus di bioskop” saja, tidak lebih. Mendengar jika bukunya sangat sukses, bahkan sampai 6 seri itulah yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk melihat film ini di bioskop.
          Tapi saya merasa kecewa setelah melihat film ini. Film ini rasanya seperti melihat sinetron. Adegan fight yang kurang WOW, cerita yang aneh, adegan percintaan yang terlalu berlebihan, visual efek yang nanggung, semuanya membuat waktu selama hampir 2 jam yang saya habiskan di bioskop berasa sia-sia. Bahkan setelah menurunkan ekspektasi pun, saya masih kecewa dengan film ini. Ini lebih buruk dari seri Twilight Saga.


           Saya rasa film ini mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik dari ini. Dari segi cerita sebenarnya tidak buruk. Konsepnya cukup bagus. Apalagi ada beberapa twist yang terjadi di sepanjang film ini dan membuat penonton bertanya-tanya mana yang baik dan mana yang jahat. Namun seperti yang saya katakan tadi di atas, eksekusinya mengecewakan. Adegan menye-menye nya terlalu maksa dan kurang WOW dalam segi fantasinya. Jika nanti sekuelnya dibuat, saya hanya berharap semoga lebih bagus eksekusinya dan tidak terlalu menye-menye.

          Sekian resensi dari saya. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat :D



Artikel Terkait

2 comments:

  1. Yup setuju, ancur bgt nih film padahal ekspektasi saya harus nya ini jd film yg sangat bagus..

    ReplyDelete
  2. Betul, kisah cintanya terlalu memaksa, Clary juga cuma bisa nembak. Pdhl katanya "Kau lebih baik dari yg ku kira" haha

    ReplyDelete