Friday, November 22, 2013

Resensi Film : The Hunger Games (Catching Fire)


Judul          : The Hunger Games : Catching Fire
Sutradara   : Francis Lawrence
Genre         : Science Fiction, Adventure
Rilis            : 2013
Pemeran    : Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth








Setelah saga Harry Potter dan Twilight habis, penikmat film fantasi dunia takut akan kehilangan film-film fantasi berkualitas. Namun rupanya, kehadiran franchise film fantasi baru berjudul Hunger Games tahun 2011 lalu membuat harapan itu muncul lagi. Harapan untuk melihat saga baru film fantasi berkualitas itu muncul lagi. Film pertamanya berhasil membuat saya terkesan. Dan sekarang, saya akan me-review film kedua dari franchise Hunger Games: Catching Fire.
Start of Quarter Quell
Berlanjut pada kisah Katniss Everdeen dan Peeta Mellark sebagai pemenang Hunger Games ke-74, kali ini Capitol dan Presiden Snow ingin menjadikan mereka berdua sebagai contoh, sebagai role model pada penduduk di semua distrik agar mau patuh pada Capitol. Namun kenyataannya, Katniss menjadi pemicu hidupnya api Harapan pada penduduk Panem untuk memberontak. Sebelum semakin membesar, Capitol membuat sebuah peraturan bahwa Katniss dan Peeta harus mengikuti pertandingan Hunger Games ke-75 yang disebut The Quarter Quell. Hal ini adalah untuk meredam api pemberontakan.
Simbol Pemberontakan
Presiden Snow kali ini dibantu oleh Plutarch Heavensbee yang akan menjalankan The Quarter Quell. Dia menggantikan Seneca Crane. Plutarch dan Snow memiliki rencana jahat untuk membunuh semua pemenang Hunger Games agar api Harapan tidak semakin membara dan penduduk Panem akan patuh kembali pada Capitol. Bagaimana kelanjutan kisah Katniss di The Quarter Quell? Bisakah dia memenangkannya?
Boy and Girl on fire
Di awal-awal film, saya sudah merasa bahwa bahasan yang berat akan menjadi menu utama dari film ini. Cerita mengenai trauma Katniss tentang pembunuhan di Hunger Games dan juga konflik batinnya saat parade kemenangan di setiap distrik membuat film ini langsung menarik perhatian. Selain itu, munculnya pemberontakan dan upaya Presiden Snow dan Capitol yang berusaha menenangkan api pemberontakan juga dikemas dengan sangat menarik. Dan yang lebih menarik lagi, banyak sekali twist yang disuguhkan dalam film ini (terutama bagi yang belum membaca bukunya). Intinya, dari segi cerita, film ini mengalami perkembangan pesat dari film pertamanya.
Gale (pacar Katniss)
Selain itu dari segi visual juga film ini melampaui ekspektasi saya. Unsur fantasi dalam film ini terlihat sangat menonjol dengan efek-efek yang bagus namun tidak berlebihan. Dan yang paling terlihat perbedaannya adalah film kedua ini dikemas dengan tidak terlalu sadis. Dalam film pertama terlihat cukup banyak darah namun di film kedua ini pembunuhannya dikemas dengan lebih soft.
The Capitol
Satu-satunya hal yang saya sayangkan dari film ini adalah, film ini tidak merepresentasikan semua hal yang ada di bukunya. Beruntungnya saya nonton dengan teman yang sudah membaca bukunya sehingga dia bisa menjawab semua pertanyaan saya. Mulai dari bagaimana cerita kemenangan dari masing-masing tribute dulunya, sampai pengenalan karakter baru yang masih kurang menurut saya. Film ini terlalu banyak menimbulkan pertanyaan bagi orang yang belum membaca bukunya. Jadi, menurut saya itu menjadi sedikit kelemahan dari film ini. Namun itu tidak menjadikan film ini jatuh di mata saya. Bahkan film ini sangat berhasil membuat saya penasaran dan tidak sabar menunggu sekuel selanjutnya. Jadi, saya sarankan untuk segera menonton film ini.
Peserta Quarter Quell
Terima kasih sebelumnya sudah melihat review saya, semoga bermanfaat :D



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment