Saturday, February 15, 2014

Resensi Film : RoboCop


Judul          : RoboCop
Sutradara   : Jose Padilha
Genre         : Crime, Action, Drama
Rilis            : 2014
Pemeran    : Joel Kinnaman, Gary Oldman, Michael Keaton







Pada tahun 2028, perusahaan OmniCorp adalah perusahaan yang berhasil membuat robot penegak keadilan yang sudag diimplementasikan di negara Arab. Namun robot-robot itu ditentang oleh pemerintah Amerika untuk diimplementasikan di negaranya karena dianggap robot-robot tersebut tidak memiliki hati nurani dan bekerja hanya sesuai apa yang diprogram. Oleh karena itu, pemimpin OmniCorp, Raymond Sellars (Michael Keaton) berusaha mencari cara lain untuk mengambil hati penduduk Amerika.


Sampai pada saat, seorang detektif polisi bernama Alex Murphy mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan sebagian besar anggota tubuhnya kecuali kepala dan sebagian badan bagian atas. Raymond Sellars bersama seorang ilmuwan bernama Dr. Dennett Norton menawarkan pada istri Alex Murphy untuk memberikan pertolongan berupa badan robot yang akan menghidupkan kembali suaminya. Raymond Sellars berjanji akan membiayai penuh usaha tersebut. Namun itu semua adalah bagian dari rencananya untuk mengambil hati warga Amerika. Yaitu dengan memberikan badan robot yang kuat dan cepat yang dikendalikan oleh otak dan hati nurani manusia. Berhasilkah usaha tersebut? Apakah Alex Murphy sebagai sosok baru dapat berlaku seperti saat sebelum dia mengalami kecelakaan?


Ya, RoboCop kali ini muncul kembali ke layar lebar. Film yang saya kenal sejak saya masih anak-anak ini di-reboot kembali menjadi film yang lebih modern. Saya berharap kembali menonton film polisi robot superhero yang membasmi kejahatan. Namun yang saya dapat justru berbeda. Ini bukanlah film tentang superhero. Semua orang ingin menjadi Superman, Ironman, Batman, tapi saya yakin tidak akan ada yang ingin menjadi RoboCop. Karena RoboCop bukanlah superhero. Dia hanya orang cacat di dalam badan robot yang dimanfaatkan semua orang untuk kepentingannya.

Bagi OmniCorp, RoboCop adalah alat promosi. Bagi Dr. Dennett Norton, RoboCop adalah kelinci percobaan. Dan bagi warga Amerika, RoboCop adalah badut pembasmi kejahatan dan tidak sepenuhnya dianggap dan diperlakukan seperti manusia. Dalam film ini jelas tergambar bahwa menjadi RoboCop bukanlah sebuah mimpi indah. Berkali-kali Alex Murphy yang ingin mengunjungi keluarganya, selalu di reboot oleh Dr. Dennett Norton yang menyebabkan dia lupa sesaat akan anak dan istrinya. Tidurnya dan mimpinya pun diprogram untuk selalu mimpi indah. Otaknya diisi dengan data-data kriminal. Benar-benar dijadikan sebuah robot yang tidak punya hati nurani. Padahal, Alex Murphy masih bisa berpikir, memiliki hati nurani, tapi semua itu dilenyapkan oleh orang-orang yang berkepentingan tadi.

Film ini sangat memainkan emosi penonton. Berulang kali penonton dibuat geram oleh perlakuan OmniCorp pada Alex Murphy dan keluarganya. Berulang kali juga penonton dibuat sedih dan kasihan melihat Alex Murphy yang selalu dimanfaatkan oleh semua orang. Menurut saya, cerita film ini sangat bagus. Tidak hanya menonjolkan sisi visual dan action, tapi juga jalan cerita yang dramatis.

Sekian dulu review singkat dari saya. Nanti akan saya review lebih dalam lagi mengenai film ini karena sangat banyak sebenarnya yang ingin saya share. Tapi untuk kali ini cukup segini dulu. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat :D



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment