Sunday, January 1, 2012

Resensi Film: The Notebook


Judul         : The Notebook
Genre        : Drama
Rilis           : 2004
Durasi       : 123 menit
Sutradara : Nick Cassavetes
Pemeran   : Ryan Gosling, James Gardner, Sam Shepard, Rachel McAdams, Gina Rowlands, James Marsden, Joan Allen







 
            Kali ini saya akan meresensi film yang berjudul The Notebook. Film ini juga merupakan film lama. Film ini diangkat dari novel berjudul sama yang dikarang oleh Nicholas Sparks, yang juga sukses mengarang novel A Walk To Remember. Masih seperti karangannya yang lain, di novelnya ditonjolkan sisi romantisme dan ketulusan cinta yang benar-benar sukses diangkat ke filmnya.
            Film ini diawali dengan adegan seorang pria tua yang sedang membacakan sebuah buku catatan harian tentang masa mudanya pada wanita tua di sebuah rumah jompo. Pria itu mulai menceritakan pertemuan pertama antara pria miskin pekerja kasar Noah Calhoun (diperankan oleh Ryan G) dengan wanita cantik yang kaya raya, Allie Hamilton (diperankan oleh Rachel McAdams) di sebuat pasar malam.
            Noah dengan berbagai cara yang aneh dan absurd, berusaha mengajak Allie kenalan. Allie pun meng iya kan walaupun sempat menolak. Hari demi hari berlalu, frekuensi pertemuan mereka pun semakin banyak, Allie akhirnya luluh juga, ia mau berpacaran dengan Noah.
            Tapi masalah yang besar terjadi, orangtua Allie tidak setuju kalau Allie pacaran dengan seorang pria miskin. Masalah memuncak ketika mereka berdua didapati tengah bermesraan di sebuah rumah besar kosong, dimana rumah itu rencananya akan dibeli oleh Noah dan dijadikan rumah impian. Selain itu, Allie dan Noah juga mulai sering bertengkar.
            Hingga suatu hari, orangtua Allie memberitahu Noah bahwa mereka akan menyekolahkan Allie di tempat yang jauh. Allie pun berangkat, Noah juga berjanji akan mengirimi surat kepada Allie setiap hari. Namun hingga surat nya yang ke-365, tak ada balasan apapun dari Allie. Noah pun berhenti menulis surat.
            Nun jauh disana, Allie yang merasa Noah sudah lupa dengannya, akhirnya ia menerima pinangan seorang tentara mantan pasiennya. Namun, saat fitting baju pernikahan, Allie melihat berita di Koran tentang Noah berdiri di depan rumah besar lama yang telah Noah perbaiki sesuai dengan keinginan Allie.
            Allie memutuskan untuk memenuhi Noah. Setelah scene “ngobrol” yang so sweet yang terputus oleh hujan, Allie mengungkit tentang Noah yang tidak pernah mengirim surat padanya. Noah pun mengelak dan mengatakan bahwa ia mengirim surat pada Allie setiap hari selama 1 tahun, hingga akhirnya dia menyerah dan mendaftar menjadi tentara. Di situ, mereka menemukan bahwa mereka sebenarnya masih saling mencintai.
            Esoknya, ibu Allie menjemput Allie di rumah Noah yang bercat putih dengan jendela birunya. Ibu Allie mengatakan bahwa ia yang menyimpan 365 surat Noah. Allie kemudian membatalkan pernikahannya dan kembali ke pelukan Noah.
            Ibu Allie yang sempat membenci Noah, akhirnya hanya menyarankan Allie untuk memikirkan matang-matang. Bahkan ia bercerita pada Allie tentang pekerja galian yang tak lain adalah mantan kekasihnya. Ia pun pernah memiliki cerita cinta yang sama dengan Allie dan Noah. Seandainya dulu Anne memilih bersama pria itu mungkin kehidupannya akan menyedihkan dan tidak semapan bersama ayah Allie. Inilah keputusan besar yang harus diambil Allie pula.

            Lalu apa peranan orangtua tadi? Kakek itu adalah Noah Calhoun. Dan buku yang dibacakannya adalah catatan dari Allie sendiri. Allie tua, mengidap Dementia, yang menjadikan semua memorinya hilang. Bahkan ia tak lagi mengenali Noah.
            Film ini menggambarkan secara jelas bagaimana hati dihadapkan pada pilihan antara kesempurnaan dan ke’nyaman’an. Dua pemain utama dalam film, Ryan Gosling dan Rachel McAdams, mampu membawa emosi penonton seakan merasakan sendiri apa yang dialami sang tokoh utama.
            Dalam film ini, penonton akan benar-benar dibawa sehingga terlarut. Seolah – olah penonton ikut mengalami yang dialami oleh tokoh. Namun, film ini menurut saya, terlarang untuk yang belum cukup umur, karena dalam film ini cukup banyak adegan cukup dewasa yang ditampilkan.
            Dii film ini diceritakan tentang sepasang kekasih yang selalu bertengkar namun tetap bisa memiliki happy ending mereka. Tentang sepasang kekasih yang berbeda tingkat penghasilan, yang seharusnya di antara mereka ada tembok tebal yang senantiasa memisahkan mereka, namun mereka tetap bisa bersama bahagia hingga akhir. Menurut saya, film ini pas ditonton oleh semuanya, asal bukan anak-anak saja.




Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment